Krisis keuangan global yang membuat menurunnya angka penjualan kendaraan tahun ini membuat ATPM (agen tunggal pemegang merek) menyiapkan berbagai langkah cadangan untuk bertahan. Jika sebelumnya ATPM hanya mengandalkan penjualan unit baru saja, kini mereka mulai menaruh perhatian yang lebih besar kepada servis dan suku cadang. Atau biasa dikenal sebagai kegiatan after sales service (layanan purna jual).
Deputy General Manager 4W Marketing and SalesPT Indomobil Niaga International (INI), Joko Utomo mengatakan, after salesmerupakan hal yang sangat penting di samping penjualan. ‘’Dalam dunia otomotif, ada dua hal yang penting. Yaitu penjualan unit baru dan perawatan unit yang sudah terjual,’’ ujar Joko. Ia menambahkan, kondisi krisis seperti yang terjadi saat ini, membuat banyak ATPM memfokuskan kegiatan purna jualnya.
Karena, disaat angka penjualan turun, otomatis pemasukan dari penjualan akan menurun juga. Untuk mengatasinya, ATPM akan mencari sumber pemasukan lain, salah satunya adalah bisnis purna jual. Langkah inilah yang dilakukan ATPM Suzuki di Indonesia ketika menghadapi krisis. Menurut Joko, INI meningkatkan pelayanan purna jual berdasarkan tiga faktor. Yaitu fisik, sumber daya manusia, dan produk. Faktor fisik dilakukan dengan melakukan standarisasi diler. Hal ini untuk meningkatkan pencitraan Suzuki di mata konsumen.
Faktor sumber daya manusia ditingkatkan dengan melakukan berbagai macam pelatihan. Saat ini, INI menggunakan pola TFT ( training for traner) untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Jadi, INI akan memberikan pelatihan kepada satu orang dari satu diler. Selanjutnya, orang tersebut harus menyebarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya kepada rekan kerjanya.
Sementara faktor produk dilakukan dengan meningkatkan pelayanan servis dan ketersedian suku cadang di tiap diler. ‘’Ketiga faktor ini saling terkait antara satu dengan yang lain. Karenanya, ketiganya menjadi faktor yang sangat penting. Dengan begitu, kami berharap konsumen akan puas ketika datang ke diler kami,’’ paparnya.
Marketing DirectorPT Toyota Astra Motor (TAM), Joko Trisanyoto mengatakan hal senada. Untuk mengatasi pasar yang sedang lesu, TAM berusaha meningkatkan pelayanan purna jual dengan memanfaatkan seluruh potensi kekuatan yang dimiliki untuk melakukan kampenye penjualan. Mulai dari jumlah outlet dan diler hingga ketersediaan suku cadang. Untuk mendukung itu, TAM sedang menggiatkan hubungan komunikasi dengan pelanggannya.
Baik menggunakan dunia maya maupun melalui komunitas dan pelanggan yang tercatat di pusat data. Joko menambahkan, sebelumnya komunikasi langsung telah lama digunakan TAM. Hanya saja, belum digarap dengan serius. Karenanya, hingga kini ia belum bisa mengatakan seberapa besar tingkat efektifitasnya. Selain itu, ujar Joko, cara ini juga mampu menghemat biaya promosi ketimbang menggunakan media lain.
Krisis yang membuat turunnya angka penjualan memang memaksa TAM untuk melakukan upaya efisiensi. Hal ini dilakukan dengan mengurangi kegiatan atau pun biaya yang tidak terlalu penting. Seperti pengurangan anggaran untuk pertemuan hingga kunjungan-kunjungan. ‘’Untuk kampanye penjualan pun kami perhitungkan dengan seksama,’’ tambah Joko.
PT Honda Prospect Motor (HPM) menerapkan langkah yang sedikit berbeda. Untuk mendukung pelayanan purna jualnya, ATPM Honda ini memilih akan memfokuskan pengembangan diler. ‘’Diler yang dikembangkan akan mengusung konsep tiga S. Yaitu sales, service, spare part. Dengan begitu, setiap diler tidak hanya bergantung kepada penjualan saja. Namun juga dapat mengandalkan pelayanan purna jualnya,’’ ujar Marketing and Aftersales Services DirectorHPM, Jonfis Fandy.
Di 2007, HPM memiliki 78 diler. Jumlah ini meningkat menjadi 84 di 2008. Untuk 2009, HPM berencana untuk menambah delapan diler lagi, sehingga total menjadi 92 diler di akhir tahun 2009. Khusus untuk diler, HPM menyediakan investasi sebesar Rp 10 miliar dari total investasi Rp 182 miliar yang akan dikeluarkan di 2009. Selain mengembangkan diler, HPM juga melakukan langkah efisiensi. Jonfis mengatakan, langkah ini merupakan salah satu langkah antisipatif yang disiapkan HPM untuk menghadapi krisis. Langkah efisiensi tersebut antara lain pengurangan shift kerja. Jika sebelumnya ada dua shiftdalam sehari, maka akan dikurangi menjadi satu shift.
Nikmatnya Krisis Bagi Bisnis Mobil Bekas
Akhir tahun lalu, ketika krisis keuangan global pertama kali menghantam, bisnis mobil bekas mengalami peningkatan yang signifikan. Krisis yang meruntuhkan banyak industri tersebut justru memberikan keuntungan bagi pedagang mobil bekas. ‘’Krisis keuangan global justru menguntungkan pedagang pasar mobil bekas,’’ kata Senior ManagerWTC Mangga Dua, Herjanto Kosasih, kala itu.
Hal tersebut lantaran, banyak orang yang ingin membeli mobil baru justru beralih ke mobil bekas. Alasannya, antara lain harga mobil bekas cenderung stabil dibandingkan mobil baru yang fluktuatif mengikuti kurs valuta asing (valas). Di WTC Mangga Dua, penjualan mobil bekas sempat menyentuh angka 500-600 unit per minggu. Padahal biasanya, hanya sekitar 300-400 unit per minggu. ‘’Karena krisis, rata-rata terjual sebanyak 1.500 mobil per bulan. Dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen di antaranya membeli dengan tunai,’’ paparnya.
Andre, salah seorang pedagang mobil bekas di Mangga Dua Square, Jakarta memberikan komentar senada. ‘’Kami sempat menjual sekitar 20-30 unit. Padahal, sebelumnya hanya sekitar 15-an unit saja,’’ terangnya. Memasuki tahun 2009, pedagang mobil bekas masih bisa merasakan ‘nikmatnya’ krisis. SupervisorMobil 88 Cabang Cilandak, Adrianus RA mengatakan, sejak bulan Januari hingga Maret, terlihat adanya kenaikan penjualan. Di bulan Januari, Mobil 88 Cabang Cilandak berhasil menjual 70 unit mobil bekas. Kemudian naik menjadi 85 unit di bulan Februari dan 91 unit di bulan Maret. ‘’Di awal tahun ini pasar binis mobil bekas masih cukup bagus. Ini dapat terlihat dari peningkatan jumlah unit yang terjual dari awal tahun hingga saat ini,’’ ujar Adrianus.
Meskipun begitu, tambahnya, jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu, memang terjadi penurunan. Ia menduga, suku bunga masih tinggi menjadi asalan utama penurunan tersebut. Hingga saat ini, suku bunga memang menjadi hal yang penting di Mobil 88. Karena sekitar 60 persen penjualan masih dilakukan secara kredit. Mobil 88 pun menggandeng ACC dan Oto Multi Arta sebagai mitra untuk proses kredit.
Untuk menarik minat masyarakat untuk membeli, Mobil 88 pun memberikan kemudahan proses pembelian mobil yang dilakukan secara kredit. Yaitu dengan memberikan uang muka sebesar 10 persen dari harga jual. Serta menambahkan tenor kredit menjadi empat tahun. Anton dari Otoseken yang berlokai di Bintaro Trade Center, Tangerang pun memberikan komentar senada. Ia menjelaskan, beberapa bulan lalu memang terjadi peningkatan penjualan yang cukup signifikan.
Namun, memasuki tahun 2009, kondisi pasar mobil bekas kembali normal. ‘’Kini kami kembali ke penjualan rata-rata, yaitu sekitar 40 unit per bulan,’’ ungkap Anton. Seperti terjadi di Mobil 88, penjualan di Otoseken pun lebih banyak menggunakan sistem kredit ketimbang tunai. Karena itu, suku bunga turut menentukan kondisi penjualan di Otoseken. Meskipun kondisi suku bunga masih cukup tinggi, namun Anton mengaku mematok harga yang lebih kompetitif dibanding penjual mobil bekas lainnya.
Sehingga, masih dapat menarik minat masyarakat untuk membeli mobil. Selain itu, ujarnya, Otoseken hanya menjual kendaraan yang sebelumnya menjadi kendaraan operasional di perusahaan induknya, yaitu Indomobil. Biasanya, kendaraan tersebut baru empat sampai lima tahun digunakan, setelah itu dijual. Dengan pertimbangan ini, calon konsumen dapat lebih yakin dengan kualitas kendaraan yang akan dibeli. ‘’Kendaraan yang kami jual merupakan inventaris perusahaan, sehingga kualitasnya dapat kami jamin. Karena ketika digunakan perawatannya selalu diperhatikan,’’ ujar Anton.
MPV Andrianus dan Anton menjelaskan, saat ini mobil bekas yang masih banyak dicari adalah mobil jenis MPV ( multi purpose vehicle). Seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Toyota Innova, Nissan Grand Livina, dan Suzuki APV. ‘’Mobil-mobil ini dipilih karena merupakan mobil yang dapat menampung penumpang dengan jumlah banyak. Sehingga memiliki banyak kegunaan. Sedangkan untuk sedan, yang dicari adalah sedan dengan harga di bawah Rp 170 juta,’’ kata Adrianus.
Karena banyak diminati, maka biasanya jenis mobil tersebut memiliki harga yang jauh lebih stabil ketimbang jenis lainnya. Anton menjelaskan, di bisnis mobil bekas, yang paling menentukan harga adalah pasar. Yaitu, bagaimana persepsi pasar tentang sebuah kendaraan. Semakin banyak yang mencari, maka biasaya harga sebuah mobil akan semakin naik.
Pertimbangan lainnya adalah jaringan after sales-nya. Anton menyebutkan, mobil merek Toyota dan Honda merupakan dua merek yang paling banyak dicari. Alasannya, kedua merek ini telah memiliki jaringan yang cukup luas. Sehingga, memudahkan pelanggan ketika melakukan service atau membeli suku cadang.
Selain itu, Adrianus menambahkan, kondisi fisik mobil secara umum, warna, dan tahun pembuatan juga turut menentukan harga mobil bekas. ‘’Jumlah populasi sebuah kendaraan juga turut mempengaruhi harga jual. Semakin banyak jumlah kendaraan di jalan, biasanya harganya lebih bagus,’’ kata Adrianus.