Rabu, Juli 29, 2009

Jurus Berkelit Saat Krisis

Ada yang menambah diler, menggarap komunitas, hingga menggenjot produksi.

Krisis ekonomi global yang juga melanda Indonesia masih terus berlanjut di tahun 2009. Salah satu yang terkena dampaknya adalah industri otomotif. Penjualan otomotif diprediksi akan terus menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil selama Januari 2009 hanya mampu mencapai 31.634 unit. Atau turun 12 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu yang mampu mencapai angka 41.377 unit. ''Penjualan di bulan Februari tidak berbeda jauh dengan Januari, yaitu sekitar 33 ribu unit. Jauh dibandingkan Februari tahun lalu yang mencapai angka 47 ribu unit. Karena itu, meskipun naik tapi belum signifikan,'' ujar Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM), Joko Trisanyoto.

Ia menambahkan, karena kondisi pasar masih belum memperlihatkan tanda-tanda kenaikan yang signifikan, TAM masih belum bisa memperkirakan secara pasti bagaimana kondisi industri otomotif di 2009. Karena itu, TAM lebih memilih menunggu perkembangan selanjutnya untuk menentukan langkah di 2009.

Meskipun begitu, TAM tetap memasang beberapa strategi untuk menyiasati pasar yang lesu. Antara lain, melakukan kampenye penjualan dengan memanfaatkan seluruh potensi kekuatan yang dimiliki. Mulai dari jumlah outlet dan diler hingga ketersediaan suku cadang.

Joko menjelaskan, krisis yang membuat turunnya angka penjualan juga memaksa TAM untuk melakukan upaya efisiensi. Hal ini dilakukan dengan mengurangi kegiatan atau pun biaya yang tidak terlalu penting. Seperti pengurangan anggaran untuk pertemuan hingga kunjungan-kunjungan. ''Untuk kampanye penjualan pun kami perhitungkan dengan seksama,'' tambah Joko.

Sebagai bagian dari upaya untuk efisiensi, TAM juga berupaya meningkatkan jalur komunikasi secara langsung dengan konsumen. Baik menggunakan dunia maya maupun melalui komunitas dan pelanggan yang tercatat di pusat data. Cara ini diakui Joko mampu menghemat biaya promosi ketimbang dengan media lain.

Ia menambahkan, komunikasi langsung merupakan strategi yang telah digunakan oleh TAM. Hanya saja, sebelumnya tidak digarap dengan serius. Karena itu, Joko belum bisa mengatakan seberapa besar tingkat efektifitasnya.

Langkah efisiensi juga dilakukan oleh PT Honda Prospect Motor (HPM). Marketing and Aftersales Services Director HPM, Jonfis Fandy mengatakan, efisiensi merupakan salah satu langkah antisipatif yang disiapkan HPM untuk menghadapi krisis. Langkah efisiensi tersebut antara lain pengurangan shift kerja. Jika sebelumnya ada dua shift dalam sehari, maka akan dikurangi menjadi satu shift.

Agen tunggal pemegang merek (ATPM) Honda ini juga akan memokuskan untuk melakukan pengembangan diler. ''Pengembangan diler merupakan salah satu cara untuk memberdayakan tenaga kerja. Setiap satu diler baru dapat menyerap 50-100 tenaga kerja. Bayangkan jika ada lima atau bahkan 10 diler baru,'' ujar Jonfis.

Di 2007, HPM memiliki 78 diler. Jumlah ini meningkat menjadi 84 di 2008. Untuk 2009, HPM berencana untuk menambah delapan diler lagi, sehingga total menjadi 92 diler di akhir tahun 2009. Khusus untuk diler, HPM menyediakan investasi sebesar Rp 10 miliar dari total investasi Rp 182 miliar yang akan dikeluarkan di 2009. ''Kami berharap dapat memperoleh penjualan sebesar hingga 36.500 unit di tahun 2009,'' ungkap Jonfis.

ATPM Suzuki, PT Indomobil Niaga International (INI) menanggapi krisis dengan cara yang berbeda. Marketing Director INI, Endro Nugroho mengatakan, krisis memang membuat angka penjualan mobil menurun. Namun, penurunannya tidak sebesar yang dikhawatirkan. ''Karena terkait dengan kapasitas produksi pabrik, kondisi pasar yang menurun malah membuat kami dapat bermain dengan lebih baik,'' ujar Endro.

Saat ini, kata Endro, kapasitas pabrik Suzuki sekitar 120 ribu per tahun. Sebagian besar dari produksi tersebut dialokasikan ke pasar domestik, sisanya baru diekspor. Tahun 2008, permintaan produk Suzuki lebih banyak ketimbang kemampuan produksinya. Karena itu, banyak konsumen yang tidak terlayani. Khususnya untuk pick up dan APV. Namun dengan kondisi pasar yang turun, Endro berharap dapat melayani konsumen dengan lebih baik.

Endro mengatakan, yang terpenting adalah dapat menjaga imej dan komunikasi dengan pelanggan. Sehingga, pelanggan dapat terus mengetahui perkembangan yang terjadi seputar Suzuki. ''Kami terus berkomitmen untuk memberikan alternatif produk baru dan penyempurnaan produk-produk yang ada. Dengan begitu, kami berharap konsumen dapat yakin dengan kami (Suzuki),'' tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar