Rabu, Juli 29, 2009

Isuzu D-Max Kembali Injak Gas

Persaingan di pasar double cabin (DC) di tahun 2009 terus meningkat. Berbagai produk baru pun diluncurkan kendati pasar otomotif Indonesia masih merasakan dampak krisis keuangan global yang dipicu runtuhnya perekonomian Amerika Serikat. Di awal tahun, Toyota membuka pertarungan di 2009 dengan meluncurkan Hilux. Langkah tersebut kemudian diikuti oleh Ford yang melakukan minor change terhadap Ranger, belum lama berselang.

Langkah terakhir dilakukan Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI). IAMI mencoba meramaikan pertarungan dengan meluncurkan Isuzu D-Max Driving Experience, di Sentul City Offroad Park, Bogor, Jawa Barat, pekan lalu. Acara yang ditujukan untuk seluruh brand manager Isuzu di seluruh Indonesia dan wartawan otomotif ini bertujuan untuk memosisikan kembali D-Max di pasar DC nasional.

Chief Operation Officer Astra International, Herry Triono mengatakan, acara ini bertujuan untuk memberikan skill dan bekal kepada semua pimpinan cabang di seluruh Indonesia. ''Selain itu, mereka dapat merasakan dan yakin dengan kualitas serta kemampuan produk yang dijual. Sehingga, diharapkan dapat lebih baik dalam meyakinkan pelanggan,'' katanya.

Sebelum mencoba langsung di arena offroad, setiap peserta mendapat pembekalan dari Wakil Ketua Indonesia Offroad Federation (IOF), Syamsir Alam. Offroader kawakan ini memberikan teori dan teknik seputar mengendarai DC di berbagai medan. ''Kita di sini tidak untuk adu cepat. Tapi untuk membuktikan kekuatan dan kemampuan mesin. Mobil apa pun mungkin bisa melewati medan jika dalam kecepatan penuh, tapi bagaimana kalau kecepatan rendah?'' kata Syamsir.

Republika pun sempat menjajal teori yang diajarkan Syamsir di kelas dengan menggunakan D-Max. Ternyata, torsi D-Max sangat besar. Tanpa menekan gas pun, mobil dapat melibas medan offroad dengan baik. Tidak hanya jalur datar, tanjakan dengan kemiringan 45-50 derajat pun dilalui dengan mudah tanpa harus menekan pedal gas sama sekali. Praktis, Republika lebih banyak fokus untuk mengendalikan setir mobil dari pada memainkan pedal gas.

Herry menjelaskan, peluang pasar DC 4x4 cukup besar. Namun, hingga saat ini IAMI dengan D-Max masih mendapat angka penjualan yang sangat sedikit. Menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), dari Januari hingga Mei 2009, D-Max hanya terjual sebanyak 24 unit. Angka ini jauh di bawah total pasar DC 4x4 yang mencapai 3.915 unit. ''Dari sisi produk, kami rasa D-Max cukup kompetitif. Yang jadi masalahnya adalah harga jual yang lebih mahal ketimbang merek-merek lainnya,'' ujarnya.

Untuk mengatasinya, IAMI memutuskan untuk menurunkan harga jual D-Max. Dari tiga tipe yang dimiliki, dua di antaranya mengalami penurunan yang cukup signifikan. D-Max Rodeo yang pada April lalu dijual sekitar Rp 375,7 juta, turun menjadi Rp 325 juta. Begitu pun dengan D-Max double cabin base yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 322,7 juta, turun menjadi Rp 297 juta di bulan Juli. Sedangkan khusus untuk D-Max SC 3.0, harganya tetap.

Herry memaparkan, penurunan ini dapat dilakukan karena beberapa faktor. Antara lain, pemotongan jalur distribusi. Sebelumnya IAMI menggunakan pihak ketiga untuk mendatangkan D-Max dari Thailand sebagai basis produksinya. Kini, tidak lagi. ''Kini, kami dapat langsung membeli dari produsen di Thailand. Ini terkait dengan kebijakan baru dari prinsipal yang ingin meningkatkan angka penjualan seluruh produk Isuzu, termasuk D-Max,'' tambahnya.

Faktor lainnya adalah pemangkasan biaya produksi. Meskipun mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, namun Herry menegaskan, tidak ada penurunan spesifikasi produk. D-Max dengan harga baru tetap dipersenjatai dengan teknologi dan fitur yang sama dengan sebelum kenaikan. Dengan penurunan harga ini, IAMI menargetkan dapat meningkatkan penjualan hingga mencapai angka 500 unit hingga akhir tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar