Pendidikan bisnis di Indonesia terbilang maju pesat. Tidak hanya di tingkat sarjana (S1). Tingkat magister (S2) pun banyak diminati, khususnya program studi magister manajemen (MM). Bahkan, MM kini merupakan program yang paling diminati untuk jenjang S2.
Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Indonesia Banking School (IBS) Jakarta, Drs Antyo Pracoyo, MSI melukiskan bahwa perkembangan MM lebih pesat ketimbang program studi pascasarjana lainnya. Hal itu dikarenakan, program studi MM lebih fleksibel untuk diterima di lapangan kerja.
''Program studi MM dapat disesuaikan dengan semua jenis industri. Semua industri, apapun jenisnya, pasti memerlukan lulusan MM. Karena itu, program studi ini banyak diminati. Hal inilah yang mendorong kami untuk membuka program studi ini,'' ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ketua Program Pascasarjana Program Studi MM Universitas Trisakti (Usakti) Jakarta, Dr Hasmand Zusi, MSc. Ia menjelaskan, sebagian besar mahasiswa pascasarjana Usakti menekuni MM yang memiliki delapan konsentrasi. Yakni Pemasaran, Keuangan, Sumber Daya Manusia, Produksi, Akuntansi, Hospitality, Komunikasi, dan Corporate Social Responsibility (CSR/tanggung jawab sosial).
Ia mengungkapkan beberapa hal yang diduga menjadi alasan, mengapa program MM banyak diminati. Antara lain karena MM merupakan program studi yang dapat menampung semua program studi, sehingga banyak sarjana dari program studi berbeda bisa masuk MM. Selain itu, karena tren di dunia kerja sendiri, dimana karyawan lebih banyak tertarik untuk terjun ke dunia bisnis dalam tataran manajerial. " Saat ini MM merupakan salah satu program studi di perguruan tinggi yang memiliki potensi yang menjanjikan," ujar Hasmand.
Krisis keungan global diperkirakan tidak akan berpengaruh banyak terhadap minat calon mahasiswa masuk MM. Ketua Sekolah Tinggi Manajemen PPM (STM PPM) Jakarta, Martinus Sulistio Rusli, Ph D memperkirakan untuk mahasiswa fresh graduate atau mahasiswa yang baru lulus dan ingin melanjutkan ke S2, ada kecenderungan menurun. Fenomena ini disebut Martinus terkait dengan dengan krisis keuangan yang sedang terjadi. ''Orang tua lebih memilih menahan diri dalam mengeluarkan uang untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi,'' ujar Rusli.
Sedangkan untuk kelas eksekutif (mahasiswa yang juga bekerja) ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, ujarnya, jumlah mahasiswanya akan bertambah. Karena adanya krisis, maka banyak perusahaan yang beban kerjanya jadi berkurang. Hal itu banyak digunakan perusahaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Dengan kata lain, memberikan pendidikan tambahan kepada karyawan.
Fenomena ini, kata Rusli, biasa terjadi di perusahaan Amerika Serikat yang menggunakan krisis untuk pengembangan sumber daya manusia. Di STM PPM sendiri, fenomena ini pernah terjadi pada krisis tahun 1998. Pada krisis saat itu, mahasiswa MM untuk kelas eksekutif STM PPM justru mengalami peningkatan yang cukup tajam.
Kemungkinan kedua, lajut Rusli, terjadi penurunan jumlah mahasiswa. ''Kedua kemungkinan tersebut sangat ditentukan oleh pola pikir dan sikap perusahaan. Apakah akan mengambil keputusan seperti krisis tahun 1998? Atau justru memilih untuk menahan semua jenis investasi. Termasuk untuk pengembangan sumber daya manusia,'' jelas Rusli.
elearning
Karyawan memang menjadi kelompok mayoritas untuk program studi MM. Di Usakti, sekitar 70 persen mahasiswa MM merupakan karyawan di perusahaan. Jumlah itu pun diperkirakan akan terus meningkat. Karenanya, perguruan tinggi pun membuat sistem sehingga perkuliahan dapat berjalan dengan lancar tanpa banyak mengganggu pekerjaan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.
Di Usakti, misalnya, dikembangkan sistem pembelajaran elearning yang dinamai Trisakti Electronic Learning (TEL). Dengan sistem ini, mahasiswa yang bekerja dapat melakukan perkuliahan dari jarak jauh melalui dunia maya. Meskipun tidak sepenuhnya meninggalkan pembelajaran konvensional tatap muka di kelas. ''Dengan sistem ini, sekitar 70 persen perkuliahan dilakukan di dunia maya. Sisanya dilakukan secara konvensional. Jadi, dari 16 kali pertemuan dalam satu semester, mahasisa datang di kampus hanya sebanyak lima kali,'' jelas Hasmand.
Sistem ini, tambahnya, merupakan sistem pilihan. Jadi, mahasiswa bisa memilih sistem elearning atau sistem reguler. Biasanya sistem ini dipilih oleh mahasiswa yang memiliki pekerjaan di luar Jakarta. Sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk selalu hadir di kelas.
Selain tidak terbatas ruang, kelebihan yang ditawarkan sistem elearning adalah mampu membentuk mahasiswa yang lebih mandiri. Hal ini karena, dosen memiliki kewenangan yang sangat sedikit dalam proses belajar mengajar mahasiswa. Meskipun begitu, bukan berarti sistem ini tidak memiliki kelemahan. Karena mahasiswa jarang ke kampus, maka silaturahmi antara mahasiswa dengan mahasiswa lain ataupun dengan dosennya akan berkurang.
Karena prospeknya yang cukup besar, pihak kampus pun semakin memperbanyak konsentrasi yang ada di MM. Seperti Usakti. Dalam dua tahun belakangan ini, tercatat ada tiga konsentrasi MM baru. Yakni Hospitality, Komunikasi, dan CSR. Ketiga bidang ini merupakan industri yang diprediksi untuk terus meningkat. ''Ini sesuai dengan faktor utama dalam dunia bisnis, yaitu pasar. Saat ini, tiga bidang ini sedang dan akan terus berkembang,'' ujar Hasmand.
Lain halnya dengan STM PPM. Untuk tahun akademik 2009/2020, kampus pascasarjana tertua di Indonesia ini merilis konsentrasi retail. Konsentrasi ini akan melengkapi beberapa konsentrasi yang telah ada sebelumnya. Seperti marketing, finansial, operasional, SDM, dan kewirausahaan. Untuk konsentrasi retail, STM PPM bekerja sama dengan salah satu pelaku bisnis terbesar di bidang retail. Nantinya, kata Rusli, akan ada orang dari perusahaan retail tersebut yang memberikan kuliah di STM PPM. ''Kalau kita lihat, perkembangan bisnis retail terus meningkat dari tahun ke tahun. Para pemainnya pun semakin bertambah,'' ujarnya.
Lain halnya dengan IBS. Rencananya, IBS akan membuat program studi MM dengan konsentrasi Marketing dan SDM. Namun, ujar Antyo, berbeda dengan perguruan tinggi lainnya, kedua konsentrasi tersebut akan diberikan penekanan kepada bidang perbankan. Ia menambahkan, untuk saat ini, masih sedikit sekali MM yang memberikan penekanan di perbankan. Padahal kebutuhan tenaga kerja di bidang ini sangat luas.
''Dengan dua konsentrasi tersebut, kami ingin mengisi kekosongan yang saat ini terjadi. Bahkan, di periode selanjutnya, kami juga berniat untuk membuka program studi magister akuntansi yang masih menekankan kepada perbankan,'' papar Antyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar