Rabu, Juli 29, 2009

Unjuk Gigi Produk Negeri Sendiri

Pameran Produk Indonesia (PPI) digelar hari ini. Selama lima hari, berbagai produk dalam negeri akan dipamerkan di Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta Pusat. Menggunakan lahan seluas 10.605 meter persegi, sedikitnya 1.065 stan yang diisi 550 perusahaan dan instansi pemerintah daerah akan menjajakan berbagai macam produk dalam negeri.

Tidak hanya itu, sekitar 132 buyer dari sembilan negara, yaitu India, Pakistan, Srilangka, Saudi Arabia, Iran, Jepang, Cina, Amerika Serikat, dan Spanyol juga ikut serta dalam pameran kali ini. Kepala BPPI Depperin, Dedi Mulyadi dalam jumpa pers Selasa (12/5), di Kemayoran, mengatakan, tujuan utama PPI kali ini bukan pada jumlah transaksi. Melainkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kualitas produk dalam negeri.

''Misi utama yang ingin disampaikan adalah membangun serta menumbuhkembangkan kebanggaan dan kecintaan yang makin besar terhadap produk industri dalam negeri. Selanjutnya sudah barang tentu adalah mengajak seluruh masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri,'' paparnya.

Dedi menambahkan, acara ini pun tidak bisa berdiri sendiri. Namun juga harus diikuti oleh serangkaian kegiatan strategis pendukung sebelum dan sesudahnya. Untuk itu, dalam agenda PPI 2009 terdiri dari beberapa kegiatan utama dan kegiatan penunjang. Kegiatan utama meliputi gelar produk unggulan Indonesia dan peragaan/visualisasi kebijakan industri. Selain itu juga kemampuan inovasi teknologi dengan ikon Information Communication Technology (ICT).

Keseluruhan materi yang dipamerkan merupakan barang dan jasa produksi dalam negeri yang menggunakan tenaga kerja, sebagian atau seluruhnya, warga negara Indonesia. Barang yang dipamerkan diutamakan yang laku atau berpotensi laris di pasar dalam dan luar negeri, hasil pengembangan teknologi, serta rekayasa dan disain bangsa Indonesia. Pendeknya, potensi produk dalam negeri bakal nampak jelas dalam gawean tersebut.

Menteri Perindustrian, Fahmi Idris yang turut hadir dalam konferensi pers menambahkan, industri Indonesia semakin kuat. Memang, katanya, secara kuantitatif industri tidak memberikan kontribusi yang berarti. Namun, dari waktu ke waktu peran industri terhadap perekonomian Indonesia semakin besar. ''Industi jelas memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia,'' ujarnya.

Yang paling terlihat adalah dari sektor pajak. Industri, tambah Menteri, memberikan korelasi positif terhadap pajak. Bahkan, dari semua unsur pajak yang ada, industri memberikan sumbangan pajak terbesar.

Fahmi melanjutkan, keterkaitan hulu dan hilir pun menunjukan persebaran yang semakin luas. Ia mencontohkan, sebelumnya nilai ekspor biji kopi Indonesia sangat besar. Namun, seiring perkembangan tidak hanya sektor hulu yang meningkat. Industri di sektor hilir pun ikut meningkat.

Dalam kasus kopi, industri produk olahan kopi semakin meningkat. Seperti kopi instan dan lain sebagainya. ''Produk kita sebelumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah. Namun kini mulai berubah. Banyak industri produk olahan yang terus berkembang,'' papar Fahmi.

Contoh lainnya adalah industri otomotif. Sebelumnya, industri otomotif hanya ditujukan untuk memenuhi pasar domestik. Namun kini, produksi industri otomotif tidak hanya untuk pasar lokal saja. Tapi sudah merambah pasar ekspor.

Hal senada diungkapkan Sekjen Deperrin, Agus Tjahajana. Ia menambahkan, untuk produksi motor sudah mengalami peningkatan. Sebelumnya, produksi motor nasional hanya di kisaran dua juta unit. Tapi kini, sudah mencapai angka enam juta unit. ''Untuk mobil kita malah sudah ekspor sekitar 100 ribu unit,'' katanya.

Untuk ekspor secara keseluruhan pun sektor industri memberikan kontribusi yang besar. Lima tahun lalu, kata Agus, industri memberikan kontribusi sekitar 10 persen terhadap ekspor Indonesia. Di tahun 2008, terjadi peningkatan hingga rata-rata di atas 15 persen.

Sementara terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) industri memberikan kontribusi sebesar 28 persen. Agus menambahkan, sektor industri memang tidak tumbuh sebesar lima tahun lalu. Alasannya, ada beberapa bagian dari industri yang justru mengalami kesulitan. Industri kayu misalnya. Ia mengatakan, karena maraknya pembalakan liar, industri kayu kesulitan mengakses bahan baku. Padahal, dulu Indonesia sempat menjadi produsen plywood besar.

Melihat potensinya, Fahmi pun mengajak seluruh pihak untuk mensukseskan PPI. Menurutnya, PPI merupakan kesempatan produsen untuk menampilkan kemampuan produk lokal dalam waktu tertentu. Apalagi di saat krisis seperti saat ini.

Krisis, kata Fahmi, tidak hanya menurunkan nilai ekspor. Namun juga menurunkan daya beli masyarakat. Karenanya, krisis dapat menjadi kesempatan bagi produk lokal untuk semakin memperkuat produknya. Untuk memeriahkan PPI 2009, antara lain diadakan seminar yang menghadirkan para pembicara dari kalangan akademisi, pakar/peneliti dan pimpinan instansi pemerintah yang berasal dari dalam dan luar negeri. Dan sejumlah kegaiatan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar