Beberapa unit Mercedes-Benz bergerak dalam satu barisan di Sirkuit Sentul, Jawa Barat, belum lama ini. Dalam cuaca panas dan udara berbau ban terbakar, mobil-mobil mewah tersebut melibas sirkuit dengan kecepatan tinggi. Suara decitan ban menggesek aspal panas dan aksi mobil menghindar cone yang ditempatkan di beberapa titik di tiap tikungan pun menjadi pemandangan biasa kala itu.
Di kendaraan terdepan, tampak seorang wanita berambut pirang memegang kemudi. Layaknya pembalap profesional, wanita itu memimpin barisan bergerak cepat mengelilingi arena balap. Tidak ada keraguan sedikit pun dalam setiap gerakannya. Buktinya, setiap tikungan dilalui dengan mudah sambil terus mempertahankan mobil dalam kecepatan tinggi.
Meskipun dalam kecepatan tinggi, tidak jarang wanita itu memandang ke belakang melalui kaca spion dan memegang kemudi dengan satu tangan. Sementara tangan yang lain berfungsi memegang handytalkie untuk mengarahkan pengemudi-pengemudi lain di belakangnya. ''Bagus. Di tikungan ini kita akan menurunkan kecepatan hingga 80 km/jam, kemudian tahan kecepatan. Setelah melewati cone terakhir di tikungan depan, langsung injak gas sepenuhnya,'' ujar Violetta yang terdengar di semua mobil di belakangnya.
Penggalan cerita itu merupakan sebagian dari program Mercedes-Benz Driving Experience (MBDE) 2009. Wanita pirang asal Jerman itu bernama Violetta Weykopf. Bersama tiga rekannya, Mathias Kleinmichel, Wim Deams, dan Sven Schroder ia menjadi instruktur MBDE yang diselenggarakan PT Mercedes-Benz Indonesia (MBI). Violetta merupakan satu-satunya wanita yang diimpor langsung dari Jerman untuk menjadi instruktur MBDE 2009. Tak heran jika kehadirannya memberikan semangat tersendiri bagi para peserta.
MBDE merupakan program untuk memberikan pemahaman lebih mengenai produk dan teknologi Mercedez-Benz. Terutama performa dan unsur keselamatannya. Dengan bimbingan para instruktur, peserta dibantu mengetahui cara yang tepat ketika menghadapi situasi kritis saat berkendara. Selain itu, juga memahami berbagai sistem keselamatan Mercedez-Benz.
Program yang telah diaplikasikan di Indonesia sejak 2007 ini diadakan selama 12 hari. Tahun ini, sekitar 600 peserta ikut serta dalam acara yang juga telah sukses di Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina ini. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak selama tiga tahun penyelenggaraan MBDE di Indonesia. Wartawan otomotif Indonesia pun diberikan kesempatan tersendiri untuk merasakan MBDE. Dalam kesempatan tersebut, Republika bersama lima wartawan lainnya masuk dalam kelompok merah dengan Violetta sebagai instruktur.
Sebelum memulai acara, Violetta menjelaskan berbagai fitur keamanan yang dimiliki produk Mersedes-Benz. Seperti airbags, Antilock Braking System (ABS), Brake Assist, Night View, Intelligent Light System, dan Electronic Stability Program (ESP).
Sesi pertama adalah slalom. Untuk sesi ini, MBI menyediakan mobil kompak B-Class, sedan (C, E, dan S-Class), Luxury MPV (R-Class), dan Sportscoupe (CLC Class). Awalnya tiap peserta diberikan kebebasan untuk memilih kendaraan yang disukainya. Karena adanya sistem rolling, setiap peserta dapat merasakan semua tipe secara merata.
Violetta menyebut slalom sebagai ajang pemanasan. Karenanya, sesi ini dimulai dengan kecepatan lambat. Sambil bertukar mobil antarpeserta, Violetta pun meminta untuk menambah kecepatan kendaraan. Hingga di putaran terakhir dia meminta peserta melewati cone dengan kecepatan 50 km/jam. Slalom dimaksudkan untuk melatih ketajaman fokus penglihatan dan bagaimana mengontrol serta memegang kendali roda kemudi dengan baik juga posisi berkendara yang tepat.
Sesi selanjutnya, peserta diajak untuk merasakan stabilitas produk Mercedez-Benz di arena balap. Seperti sebelumnya, putaran dilakukan dengan kecepatan lambat hingga kecepatan penuh. Inilah sesi ketika Violetta menunjukan kemampuannya berkendara dengan kecepatan tinggi. Tidak heran jika kemudian sempat terdengar kabar bahwa Violetta sempat menjadi pembalap profesional di negaranya.
Setelah memacu mobil dengan kecepatan tinggi, Violetta membawa peserta menuju arena offroad. Di sini, peserta diajak untuk merasakan fitur DSR (Downhill speed regulation), 4 ESP, 4 ETS, dan uphill mode yang dibenamkan di produk SUV (M-Class). Violetta mengatakan, ML 350 yang digunakan mampu menanjak hingga 45 derajat. ''Mobil ini juga dilengkapi dengan teknologi sistem pengereman yang mampu menahan kendaraan ketika berhenti di kemiringan. Cukup menginjak dengan kuat pedal rem. Setelah itu, ketika kaki berpindah dari rem ke pedal gas, mobil akan tetap dalam kondisi mengerem, sehingga ada jarak aman bagi pengendara,'' kata Violetta.
Uji ESP juga dilakukan peserta ketika melakukan lane change. Yaitu, pelatihan untuk mengendalikan kendaraan dalam situasi manuver darurat tanpa mengandalkan rem. Ketika hal ini terjadi, sensor akan menangkap adanya ketidakstabilan tiba-tiba dan langsung mengaktifkan ESP yang membantu pengendara menghindari terjadinya slip dan tergelincir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar